Spanyol-Italia: 3 vs 3 dan Cara Del Bosque Membongkar Azzurri
Jakarta - Spanyol versus Italia yang berkesudahan 1-1 layak dinilai sebagai salah satu pertandingan terbaik di
Matchday I Piala Eropa 2012. Pertandingan yang berkelas walaupun tidak memunculkan pemenang.
Cesare
Prandelli menurunkan formasi dasar yang sudah diprediksi banyak orang:
3-5-2 dengan memasang Bonucci-de Rossi-Chiellini di jantung pertahanan.
Vicente del Bosque menggunakan formasi dasar 4-3-3, tetapi dengan
kejutan kecil: tak ada striker.
Pertandingan berjalan ketat.
Dominasi penguasaan bola seperti biasa ada di Spanyol. Sementara Italia
menjaga pertahanan lewat kerapatan 3
defender mereka yang
konstan menjaga jantung pertahanan. Sebelum terjadinya gol, situasi
itulah yang terjadi di lapangan, dari menit pertama sampai kemudian Di
Natale mencetak gol.
Kombinasi Silva-Fabregas-IniestaSelama
20 menit pertama, David Silva mendominasi serangan. Bagaimana Spanyol
mengakhiri penyerangan ditentukan oleh pilihan Silva. Tiga kali
percobaan mencetak gol Spanyol semuanya oleh Silva: 2 dari dalam kotak
penalti, satu dari luar.
Setelah itu, alur serangan Spanyol lebih
banyak ditentukan Iniesta. Dengan lebih banyak bergerak dari sisi kiri,
Iniesta sedikit menggeser arah serangan Spanyol yang sebelumnya dominan
dari arah kanan yang ditempati Silva.
Dengan Silva dan Iniesta secara bergantian memulai serangan di
final third
(sepertiga lapangan terakhir), maka Fabregas menjadi pusat kombinasi
penyerangan Spanyol. Dengan memilih Fabregas dan tidak memasang satu pun
striker, ide yang ingin dipraktikkan del Bosque adalah menjadikan
Fabregas sebagai
"false nine" yang diharapkan bisa menarik
defender Italia, terutama de Rossi yang konstan berada tepat di
tengah-tengah jantung pertahanan Italia.
Tetapi ide ini gagal membuat
defender
Italia terpancing meninggalkan posnya. Bonucci-de Rossi-Chiellini tetap
ajeg di jantung pertahanan Italia, amat sering bahkan ketiganya
bersamaan ada di dalam kotak penalti sendiri. Itu sebabnya mayoritas
percobaan percobaan mencetak gol Spanyol yang dilakukan di dalam kotak
penalti (sebanyak 60%) tergagalkan oleh
block-shot.Daniele de Rossi, el ComandanteKarena kedua
full-back
Spanyol (Jordi Alba dan Arbeloa) amat minim naik membantu serangan,
maka kombinasi Bonucci-de Rossi-Chiellini sepenuhnya bisa fokus pada
pergerakan Silva-Fabregas-Iniesta. Situasi di final-third bisa dikatakan
adalah 3 vs 3.
De Rossi menunjukkan dirinya sebagai komandan
lini pertahanan yang mampu membaca permainan lawan dengan amat bagus. De
Rossi bahkan membuat beberapa
defensive action yang krusial di dalam kotak penalti. Ia setidaknya membuat 3 tekel, 5 intersep, 3
clearance dan 2
blockshot.Lihat
chalkboard tiga
defender Italia sepanjang pertandingan di bawah ini:
Dari chalkbord di atas terlihat pembagian area di antara
Bonucci, de Rossi dan Chiellini. Terlihat Bonucci lebih banyak menjaga
sisi kanan pertahanan, Chiellini menjaga sisi kiri pertahanan dan de
Rossi berada di jantung pertahanan.
Dari tiga pemain bertahan
Italia itu, Bonucci yang paling banyak disibukkan oleh pemain-pemain
Spanyol. Seperti yang sudah disinggung di atas, selepas 20 menit
pertama, arus serangan Spanyol di final-third lebih banyak
dimulai dan dibangun oleh Iniesta yang lebih banyak bergerak di sisi
kiri yang dijaga dengan Bonucci. Ini terlihat dari chalkboard passing Spanyol di daerah final third yang terlihat didominasi dari sisi yang ditempati Iniesta.
Motta sebagai box to box midfielder
Salah
satu sebab kenapa Spanyol tidak cukup tajam dalam menembus pertahanan
Italia adalah karena lini kedua mereka yang ditempati oleh Busquet,
Alonso dan Xavi beberapa kali terlambat membantu ke depan. Untuk situasi
ini, kredit harus diberikan pada Thiago Motta.
Tiap kali Xavi
atau Xabi menguasai di lapangan tengah, Motta menjadi pemain pertama
yang mencoba menghadang upaya Spanyol langsung merengsek ke depan.
Beberapa kali Thiago sukses men-delay serangan dan memungkinkan
Marchisio dan Pirlo mengorganisir diri melindungi pertahanan sekaligus
memberi waktu Giaccherini dan Maggio di lebar lapangan turun mengisi
posisi full-back.
Dalam situasi menyerang, Motta efektif
sebagai penghubung antara Pirlo dan lini depan yang ditempati Cassano
dan Balotelli. Motta bisa tiba-tiba berada di kotak penalti Spanyol.
Pada menit 45, beberapa saat sebelum half-time, Motta tiba-tiba
sudah berada di antara Ramos dan Pique di kotak penalti. Beruntung
Casillas bisa menepis sundulan jarak dekat Motta.
Super-Sub dan perubahan kecil "False Nine"
Situasi
di lapangan tidak banyak berubah memasuki babak II. Perubahan
signifikan terjadi melalui strategi pergantian pemain yang dilakukan
Prandelli maupun Del Bosque.
Dimulai dengan masuknya Antonio di
Natale menggantikan Balotelli pada menit 57, perubahan terjadi hanya 3
menit berselang. Menerima bola dari daerah sendiri, Pirlo yang sepanjang
permainan lebih banyak pasif menunggu di daerah sendiri dan lantas
mengirimkan passing-passing ke depan, untuk pertama kalinya membawa bola sendiri sampai mendekati final third. Pergerakan brilian Pirlo diakhiri dengan through-pass brilian yang diakhiri finishing Di Natale. Super-sub. 1-0.
Spanyol
membalas 3 menit kemudian melalui kombinasi Iniesta, Silva dan
Fabregas. Silva yang menerima bola dari Iniesta tepat di depan back-line Italia berhasil menarik Bonucci naik sedikit ke depan. Dengan Fabregas tiba-tiba masuk dari belakang, Silva menyodorinya through-pass pendek yang berhasil diselesaikan Fabregas. 1-1.
Apa yang terjadi? Ide "false nine" untuk menarik perhatian defender rupanya lebih bekerja saat Silva berada di pusat kombinasi, bukan Fabregas. Pada gol balasan Spanyol, ide "false nine"
bekerja karena Fabregas tidak mendekati pemegang bola (dalam gambar ada
di tengah dengan titik hitam) untuk melakukan umpan satu dua, tapi
langsung menusuk ke pusat pertahanan. Ini yang tidak terjadi saat
Fabregas menjadi pusat kombinasi sebagai "false nine" karena Iniesta atau Silva cenderung merapat pada Fabregas dengan orientasi utama melakukan sentuhan satu dua.
Strategi pergantian pemain
Alur
permainan menjadi berubah saat Silva diganti Navas dan Fabregas diganti
Torres. Masuknya Torres mengubah cara menyerang Spanyol. Keluarnya
Silva membuat Xavi lebih sering naik ke depan mendekati Torres. Ditambah
keberadaan Navas di lebar lapangan yang memaksa Chiellini untuk banyak
menjaga sisi kiri Italia, situasi di pertahanan Italia lebih merenggang.
Defensive-line sedikit lebih naik dan mau tidak mau mulai memasang perangkap offside. Dan ini terbukti efektif membongkar pertahanan Italia. Beberapa through-pass panjang dilepas Xavi berhasil memaksa De Rossi dan Chiellini melakukan sprint,
sesuatu yang sangat jarang terjadi di babak I. Dalam 15 menit terakhir,
Torres punya kesempatan berhadapan langsung dengan Buffon yang untuk
pertama kalinya sepanjang pertandingan terpaksa harus keluar dari bawah
mistar gawang.
De Rossi dan Chiellini beberapa kali harus melakukan sprint
dan Buffon juga harus keluar dari bawah mistar menjadi ilustrasi paling
tepat untuk menggambarkan perubahan drastis situasi di lapangan,
terutama di sepertiga lapangan terakhir Italia.
Kendati berhasil
menciptakan beberapa peluang, Italia sebenarnya sudah kehilangan
inisiatif menyerang. Thiago yang sudah mulai kelelahan pada pertengahan
babak II karena memainkan peran gelandang box to box, terlambat
diganti Prandelli. Ini membuat serangan Italia lebih banyak bergantung
pada Di Natale dan Giovinco yang masuk menggantikan Cassano.
Kesimpulan
Cara
Prandelli menangani kombinasi serangan Silva-Fabregas-Iniesta dengan
membiarkan tiga defendernya konstan bertahan di jantung pertahanan
terbukti efektif, setidaknya sampai menit 63 ketika Spanyol berhasil
mencetak gol. Del Bosque menjawab tantangan Prandelli itu dengan
melakukan perubahan kecil pada pemangku peran "false nine".
Selebihnya,
pada 20 menit terakhir pertandingan, del Bosque terlihat lebih unggul
dari Prandelli. Strategi Del Bosque memasukkan Torres dan Navas jelas
berhasil membuka space di jantung pertahanan Italia yang sebelumnya
sangat rapat. Bahwa skor masih tetap 1-1, ini menunjukkan "cacat" kecil
pada perubahan strategi Del Bosque: berhasil melonggarkan tembok, tapi
gagal menjebolnya.
Dan untuk itu, kita hanya perlu menyebut satu nama untuk keberhasilan dan kegagalan perubahan siasat Bosque: Fernando Torres.
http://sport.detik.com/pialaeropa/read/2012/06/11/131249/1937978/514/spanyol-italia-3-vs-3-dan-cara-del-bosque-membongkar-azzurri?991104topnews
0 komentar:
Posting Komentar